keluarga adalah kunci feminisme, dan hal ini juga mengharuskan laki-laki untuk bekerja sama
한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina
dalam masyarakat modern, laki-laki diharapkan memikul tanggung jawab finansial dan menjadi “tulang punggung” keluarga. namun ekspektasi seperti itu seringkali menyulitkan pria untuk menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga. hal ini tidak hanya menimbulkan ketidakpuasan di kalangan laki-laki dalam keluarga, tetapi juga memberikan tekanan yang lebih besar pada perempuan. banyak pria bercita-cita untuk berperan dalam kehidupan keluarga tetapi kesulitan menemukan jalan yang tepat karena keadaan sosial dan stereotip.
film nora di tiongkok menggambarkan kontradiksi ini. aksi “kabur” yang dilakukan nora melambangkan tantangan perempuan terhadap norma-norma gender tradisional dan upaya mereka untuk mandiri dan bebas. namun tindakan nora juga memicu pemikiran laki-laki tentang peran dan tanggung jawab keluarga.
kemajuan nyata memerlukan pemberdayaan kedua gender. tidak hanya perlu memberikan perhatian pada pembebasan perempuan, tetapi juga memberikan perhatian pada laki-laki yang mendobrak tekanan sosial dan batasan peran tradisional serta mendefinisikan kembali peran mereka dalam keluarga. konsep “seorang laki-laki pulang ke rumah” tidak mengacu pada kepulangan secara fisik, melainkan kepulangan secara rohani. “kembali” berarti membentuk kembali perspektif mereka mengenai keseimbangan antara pekerjaan, keluarga dan kepuasan pribadi, serta mendefinisikan kembali peran mereka dalam keluarga.
seperti nora di tiongkok, dia menantang norma gender tradisional dan menginspirasi laki-laki untuk memikirkan peran mereka. konsep “laki-laki pulang ke rumah” mengharuskan laki-laki untuk memulai dari hati mereka sendiri dan mendefinisikan kembali peran dan tanggung jawab keluarga mereka. hanya dengan cara inilah kita dapat benar-benar mencapai kesetaraan gender dan bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih baik.