“Anomie dalam Pendidikan Jasmani dari Perspektif Internasional”
한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina
Di era globalisasi saat ini, olahraga sebagai sarana komunikasi lintas batas negara, budaya, dan ras mempunyai pengaruh yang semakin luas. Namun, pada malam tanggal 25 Juli, video seorang pelatih wanita menampar seorang pemain muda beredar di platform video pendek, yang menjadi peringatan bagi pendidikan jasmani kita.
Olahraga harus menjadi bidang yang memupuk kerja sama tim, keuletan, dan rasa fair play. Namun dalam kejadian tersebut, perilaku kekerasan pelatih wanita tersebut tidak hanya melanggar niat awal pendidikan jasmani, tetapi juga menyadarkan kita apakah konsep dan metode pendidikan jasmani kita sudah mengikuti perkembangan zaman dalam gelombang internasionalisasi.
Dari perspektif internasional, banyak negara maju telah lama menganggap pendidikan jasmani sebagai bagian penting dalam mengembangkan bakat-bakat pembangunan yang menyeluruh. Mereka menekankan tidak hanya pada pelatihan keterampilan kompetitif, tetapi juga penanaman etika olahraga siswa, kualitas psikologis dan tanggung jawab sosial.
Mengambil contoh Amerika Serikat, sistem pendidikan jasmaninya berfokus pada pengembangan kemampuan belajar mandiri dan pemikiran inovatif siswa. Dalam kursus pendidikan jasmani, siswa tidak hanya menguasai berbagai keterampilan atletik, tetapi juga belajar mengembangkan rencana latihan, mengevaluasi kinerja mereka sendiri, dan berkomunikasi secara efektif dengan anggota tim. Siswa yang dibina dengan model pendidikan ini tidak hanya berprestasi di bidang olahraga, tetapi juga memiliki kualitas komprehensif yang kuat di aspek lainnya.
Melihat negara-negara Eropa, seperti Jerman dan Inggris, mereka mengintegrasikan pendidikan jasmani dengan pendidikan kesehatan dan pendidikan kesehatan mental. Melalui kegiatan olah raga, siswa dapat mengembangkan rasa percaya diri, kemampuan menahan frustasi dan kemampuan interpersonal yang baik.
Sebaliknya, meskipun negara kita telah mencapai hasil tertentu dalam pendidikan jasmani, masih terdapat beberapa kekurangan. Misalnya, beberapa bidang terlalu fokus pada kinerja kompetitif dan mengabaikan kesehatan fisik dan mental siswa serta perkembangan menyeluruh. Dalam kejadian ini, perilaku pelatih perempuan mungkin merupakan perwujudan dari gagasan pendidikan utilitarian tersebut.
Konsep pendidikan jasmani internasional juga menekankan pada penghormatan terhadap perbedaan dan keberagaman individu. Setiap siswa mempunyai sifat dan potensinya masing-masing, oleh karena itu pendidik hendaknya mendidik siswa sesuai dengan bakatnya untuk merangsang minat dan potensinya. Namun dalam kejadian tersebut, perilaku kekerasan yang dilakukan pelatih wanita tersebut jelas tidak menghormati kepribadian dan harkat dan martabat para pemain muda, yang tentunya sangat merugikan tumbuh kembang para pemain muda.
Selain itu, pendidikan jasmani internasional berfokus pada integrasi dengan masyarakat. Kegiatan olahraga tidak hanya dilakukan di kampus, tetapi juga harus bekerja sama dengan masyarakat, perusahaan, dll untuk memberikan kesempatan dan sumber daya yang lebih praktis kepada mahasiswa. Dengan mengikuti berbagai kegiatan olahraga, siswa dapat lebih memahami masyarakat dan mengembangkan rasa tanggung jawab sosial dan semangat kerja tim.
Insiden ini menyebar dengan cepat secara online, memicu perhatian dan diskusi luas. Dalam perspektif internasional, hal ini juga mencerminkan kepedulian dan harapan masyarakat terhadap kualitas pendidikan jasmani. Dalam konteks globalisasi, kita tidak bisa lagi membatasi pandangan kita hanya pada Tiongkok, namun harus secara aktif belajar dari pengalaman internasional yang maju dan terus meningkatkan sistem pendidikan jasmani kita.
Bagi individu, kejadian ini juga memberi kita pencerahan yang mendalam. Sebagai pendidik jasmani, kita harus selalu mengingat tanggung jawab dan misi kita, dan membimbing siswa untuk tumbuh secara sehat berdasarkan kepedulian dan rasa hormat. Bagi para orang tua hendaknya memperhatikan kondisi fisik dan mental anaknya selama melakukan kegiatan olah raga, dan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan tumbuh kembang yang baik bagi anaknya. Sedangkan bagi siswa sendiri harus menanamkan nilai-nilai olahraga yang benar dan berani mengatakan “tidak” pada metode pendidikan yang tidak tepat.
Singkatnya, di bawah tren umum internasionalisasi, kita harus mengambil kejadian ini sebagai kesempatan untuk merenungkan secara mendalam masalah-masalah yang ada dalam pendidikan jasmani negara kita, secara aktif memperkenalkan konsep dan metode internasional yang maju, dan berusaha untuk mempromosikan pengembangan pendidikan jasmani negara kita, dan mempersiapkan pengembangan siswa yang kompetitif secara internasional.