anak tidak mau sekolah? misteri psikologis di baliknya
한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina
batasan emosional: metabolisme kecemasan dan stres
dari sudut pandang medis, anak-anak dan remaja merupakan usia yang paling banyak mengalami gangguan emosi, yang erat kaitannya dengan lingkungan sosial, suasana kekeluargaan, dan tahap pertumbuhan pribadi yang dialami anak. orang tua seringkali merasa galau dan bingung ketika dihadapkan pada keengganan anaknya untuk bersekolah. anak menunjukkan rasa cemas atau gugup yang disertai reaksi fisik seperti jantung berdebar, tangan gemetar, berkeringat, sering buang air kecil, rasa tidak nyaman di perut, dan gejala lainnya. dalam kasus yang parah, bahkan mungkin terjadi hiperaktif, gerakan kecil terus-menerus untuk menghilangkan kecemasan, atau berjalan-jalan terus-menerus. perilaku tersebut secara langsung mempengaruhi efisiensi dan perhatian belajar anak, sehingga sulit berkonsentrasi belajar.
dari perspektif psikologis: menjelajahi akar penyebab “tidak mau belajar”
para ahli menunjukkan bahwa dalam banyak kasus, “ketidakinginan belajar” yang dialami anak-anak bukan sekadar kurangnya keinginan untuk belajar, namun kurangnya kesadaran akan kemampuan mereka sendiri, kurangnya rasa percaya diri, dan ketidakmampuan untuk menghubungkan pembelajaran dengan masa depan. sasaran. orang tua perlu memperhatikan dunia batin anak-anaknya dan membantu mereka membangun penegasan atas kemampuan mereka dan persepsi diri yang positif.
bimbing anak keluar dari bayang-bayang: temukan motivasi untuk belajar
ketika anak berada dalam keadaan cemas dan stres maka motivasi belajarnya akan sangat terpengaruh sehingga memerlukan intervensi dan bimbingan tepat waktu dari orang tua. orang tua dapat mencoba cara berikut ini:
- bimbing anak untuk menemukan kelebihannya sendiri: mendorong anak untuk fokus pada kemampuan, hobi, dan kelebihannya sendiri, serta membantu mereka membangun rasa percaya diri.
- menetapkan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan: membahas tujuan pembelajaran dengan anak dan merumuskan rencana serta langkah tindakan yang sesuai agar anak dapat merasakan makna dan nilai belajar serta menemukan motivasi belajar.
- ciptakan lingkungan belajar yang positif: orang tua dapat mencoba mengubah lingkungan belajar, seperti mengganti gorden dengan warna baru, menanam bunga, memelihara hewan peliharaan, dll, untuk menciptakan lingkungan yang nyaman untuk membantu anak rileks dan menghilangkan stres.
kesehatan mental dan dukungan sosial: mendorong perkembangan anak
orang tua perlu memperhatikan perubahan emosi anak dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan kenyamanan psikologis secara tepat waktu. interaksi dan persahabatan emosional yang positif, serta pengertian dan dukungan terhadap anak, adalah kunci untuk membantu anak mengatasi kecemasan dan ketidakmampuan belajar. pada saat yang sama, orang tua harus memperkuat komunikasi dengan guru, psikolog dan profesional lainnya untuk bersama-sama memberikan rencana pengobatan yang komprehensif dan efektif untuk anak-anak mereka.
pada akhirnya, orang tua harus ingat bahwa setiap anak adalah individu yang unik dan perlu diperlakukan berbeda. berawal dari sikap positif, kami membantu anak-anak menemukan kegembiraan belajar, membimbing mereka untuk tumbuh, dan menciptakan masa depan yang penuh harapan dan harapan.